Lovebird Kusumo Juara Ngekek Nasional Yang Kini Tinggal Sejarah
Lovebird Kusumo, Mati Pada 19 November 2018, Pemilik Tidak Menyesal Meski Tidak Menjualnya Pada Pembeli Yang Menawar Hingga 2 Milyar
Salah satu keistimewaan Kusumo yakni memiliki durasi ngekek atau kicauan yang panjang. Kicauan Kusumo rata-rata berdurasi 2 menit 50 detik untuk sekali ngekek. Pada salah satu event gantangan di Jakarta, Kusumo pernah berkicau sekitar 258 detik atau 4 menit 18 detik sekali ngekek. Nama Kusumo tentu tak asing bagi para penggemar burung berkicau atau kicau mania. Burung jenis lovebird itu disebut-sebut sebagai legenda burung berkicau lantaran ratusan kejuaraan yang dimenangkan. Tak hanya itu, burung peliharaan Sigit Marwanto yang akrab disapa Sigit Wmp tersebut pernah ditawar hingga Rp2 miliar. Namun, burung legendaris tersebut mati pada Senin (19/11/2018) lalu. Sigit yang merupakan warga Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten itu memelihara Kusumo setelah membeli di salah satu pasar burung di Klaten pada 2013. Kusumo saat itu berumur sekitar empat bulan. “Saat itu harga lovebird masih mahal. Kalau tidak salah kisaran Rp3,5 juta,” kata Sigit.
Satiap pekan, Kusumo menjuarai berbagai gantangan. Terbanyak, dalam satu kejuaraan, Kusumo bisa meraih tujuh juara I. Kusumo terhitung sudah menjuarai hingga 400 kejuaraan burung berkicau. “Dari teman-teman yang menghitung, untuk event nasional itu juara I yang diraih kusumo hampir 400 event. Itu untuk juara I saja,” urai dia.
Nama Kusumo kian moncer. Penawaran untuk membeli Kusumo datang dari berbagai penggemar burung. Burung tersebut pernah ditawar hingga Rp2 miliar pada 2017 lalu. “Ditawari [mobil] Alphard dan Rubicon ditambah uang kalau ditotal Rp2 miliar,” ungkapnya.
Salah satu keistimewaan Kusumo yakni memiliki durasi ngekek atau kicauan yang panjang. Kicauan Kusumo rata-rata berdurasi 2 menit 50 detik untuk sekali ngekek. Pada salah satu event gantangan di Jakarta, Kusumo pernah berkicau sekitar 258 detik atau 4 menit 18 detik sekali ngekek.
Sigit mengaku tak memiliki perawatan khusus hingga Kusumo menjadi primadona. “Yang penting itu senang, ikhlas, sabar, tahu karakter burung, dan tahu asal-usul habitat burung. Dirawat secara alami saja tidak pakai obat-obatan. Seperti diberikan bayam biar segar, ginseng buat stamina, sarang burung walet juga buat stamina. Kusumo tidak pernah diberi doping. Kalau pakai doping tidak bakalan 3,5 tahun setiap pekan berturut-turut mau bunyi,” jelas dia.
Burung lovebird adalah primadona di kalangan kicau-mania. Jika pembeli sudah suka, banyak yang menawar lovebird ini dengan harga gila-gilaan. Burung yang sering menjadi juara dalam berbagai perlombaan harganya bisa fantastis. "Sering lomba, sering juara, harganya bisa sampai puluhan dan ratusan juta rupiah. Kayak Kusumo sudah ditawar Rp 2 miliar saja nggak dijual kan sama pemiliknya," kata sesepuh Komunitas Lovebird Indonesia (KLI) Fran Kli .
Sebagai burung kicau yang sedang naik daun dan banyak dibudidayakan atau diternakkan, burung lovebird sebenarnya merupakan burung sosial. Di alam bebas, burung ini hidup berkelompok. Disebut “love bird” atau “burung cinta” karena burung ini baru berpisah dari pasangannya bila salah satunya mati. Burung dari genus Agapornis ini ukuran tubuhnya relatif mungil, bila dibanding burung berparuh bengkok lainnya.Sejarah Lovebird Kusumo, Beli 3,5 Juta, Menjadi Juara Ngekek Nasional, Sampai Ditawar Hingga 2 Milyar
Salah satu keistimewaan Kusumo yakni memiliki durasi ngekek atau kicauan yang panjang. Kicauan Kusumo rata-rata berdurasi 2 menit 50 detik untuk sekali ngekek. Pada salah satu event gantangan di Jakarta, Kusumo pernah berkicau sekitar 258 detik atau 4 menit 18 detik sekali ngekek. Nama Kusumo tentu tak asing bagi para penggemar burung berkicau atau kicau mania. Burung jenis lovebird itu disebut-sebut sebagai legenda burung berkicau lantaran ratusan kejuaraan yang dimenangkan. Tak hanya itu, burung peliharaan Sigit Marwanto yang akrab disapa Sigit Wmp tersebut pernah ditawar hingga Rp2 miliar. Namun, burung legendaris tersebut mati pada Senin (19/11/2018) lalu. Sigit yang merupakan warga Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten itu memelihara Kusumo setelah membeli di salah satu pasar burung di Klaten pada 2013. Kusumo saat itu berumur sekitar empat bulan. “Saat itu harga lovebird masih mahal. Kalau tidak salah kisaran Rp3,5 juta,” kata Sigit.
Detik-detik terakhir lovebird Kusumo yang ditawar Rp 2,2 Miliar mati, pemilik ternyata sudah punya firasat sebelumnya. Firasat itu disampaikan oleh Sigit yang tak lain adalah pemilik lovebird Kusumo, yang juga dikenal sebagai burung legendaris.Meski kehilangan, Sigit mengaku tak menyesal lovebird miliknya yang pernah ditawar Rp 2,2 miliar itu mati. Ia mengisahkan, Kusumo mati tak lama setelah dimandikan. "Sama sekali tidak ada rasa menyesal. Karena bagi saya Kusumo lebih dari sekadar lovebird," kata Sigit dikonfirmasi Jumat (23/11/2018) malam, dikutip dair Kompas.com artikel berjudul 'Kusumo, Legenda "Lovebird" yang Sempat Ditawar Rp 2,2 Miliar Mati' tayang (24/11/2018). Sigit menceritakan, selama ini Kusumo tidak pernah sakit atau terserang penyakit. Kematian Kusumo sangat mengagetkannya. "Malam itu saya pulang dari Jogja. Kusumo saya bawa ke samping saya, habis saya mandikan. Duduk santai di pendapa. Dia pengin keluar sangkar, tahu-tahu kayak pengin mendekat," kata dia. Menurut Sigit, perilaku Kusumo merupakan pertanda atau pesan terhadap dirinya sebelum mati. "Kusumo aku pegang, lemas, kukira tidur. Ternyata bablas (mati)," kata dia.Setelah beberapa bulan dirawat, Kusumo diikutkan pada event gantangan atau lomba kicau burung di Sragen Desember 2013. Pada lomba perdananya, Kusumo mampu meraih juara II sebanyak dua kali. Sempat mengalami mabung atau bulu-bulunya rontok hingga enam bulan berselang dari gantangan di Sragen, Kusumo kembali diikutkan lomba burung berkicau. “Mulai 2014 itu gayeng,” katanya.
Satiap pekan, Kusumo menjuarai berbagai gantangan. Terbanyak, dalam satu kejuaraan, Kusumo bisa meraih tujuh juara I. Kusumo terhitung sudah menjuarai hingga 400 kejuaraan burung berkicau. “Dari teman-teman yang menghitung, untuk event nasional itu juara I yang diraih kusumo hampir 400 event. Itu untuk juara I saja,” urai dia.
Nama Kusumo kian moncer. Penawaran untuk membeli Kusumo datang dari berbagai penggemar burung. Burung tersebut pernah ditawar hingga Rp2 miliar pada 2017 lalu. “Ditawari [mobil] Alphard dan Rubicon ditambah uang kalau ditotal Rp2 miliar,” ungkapnya.
Burung lovebird atau burung cinta merupakan jenis burung yang banyak digemari oleh kicau mania. Burung yang termasuk spesies beo kecil ini memiliki suara yang merdu dengan berbagai jenis varian menarik untuk dipelihara. Tidak hanya sebagai burung klangenan saja, lovebird juga dikenal sebagai burung perlombaan yang memiliki kicauan unik dan ngekek panjang. Burung yang sering disebut dengan nama labet ini tergolong dalam genus Agapornis, yang merupakan perpaduan kata dari Bahasa Yunani. Kata pertama adalah agapein yang berarti “to love” dan kata kedua adalah ornis yang berarti “bird”.Tak hanya orang Indonesia, Sigit pernah mendapat tawaran orang Amerika Serikat guna melepas Kusumo. Nilai uang yang ditawarkan pun tak sedikit, mencapai 250.000 US Dollar atau jika dirupiahkan sekitar Rp3,6 miliar. Namun, Sigit tak tergiur untuk melepas Kusumo. “Kenapa enggak tak lepas? Pertama yang ngasih nama anakku. Kedua, diminta teman-teman dijadikan ikon. Yang utama tidak tak lepas karena kedekatanku. Sebenarnya nilai penawaran wow, tetapi rasa senang itu tidak bisa dinilai. Karena niat awal itu buat menaikkan lovebird khususnya karena harganya sempat anjlok,” urai dia.
Salah satu keistimewaan Kusumo yakni memiliki durasi ngekek atau kicauan yang panjang. Kicauan Kusumo rata-rata berdurasi 2 menit 50 detik untuk sekali ngekek. Pada salah satu event gantangan di Jakarta, Kusumo pernah berkicau sekitar 258 detik atau 4 menit 18 detik sekali ngekek.
Sigit mengaku tak memiliki perawatan khusus hingga Kusumo menjadi primadona. “Yang penting itu senang, ikhlas, sabar, tahu karakter burung, dan tahu asal-usul habitat burung. Dirawat secara alami saja tidak pakai obat-obatan. Seperti diberikan bayam biar segar, ginseng buat stamina, sarang burung walet juga buat stamina. Kusumo tidak pernah diberi doping. Kalau pakai doping tidak bakalan 3,5 tahun setiap pekan berturut-turut mau bunyi,” jelas dia.
Burung lovebird adalah primadona di kalangan kicau-mania. Jika pembeli sudah suka, banyak yang menawar lovebird ini dengan harga gila-gilaan. Burung yang sering menjadi juara dalam berbagai perlombaan harganya bisa fantastis. "Sering lomba, sering juara, harganya bisa sampai puluhan dan ratusan juta rupiah. Kayak Kusumo sudah ditawar Rp 2 miliar saja nggak dijual kan sama pemiliknya," kata sesepuh Komunitas Lovebird Indonesia (KLI) Fran Kli .
Burung lovebird yang biasanya memiliki tinggi antara 13 hingga 17 cm dengan berat antara 40 hingga 60 gram ini dibedakan menjadi beberapa spesies. dikutip dari Satwapedia.com yang membedakan jenis lovebird menjadi 2 tipe yaitu lovebird klasifikasi lebih rendah/lower classifications dan lovebird penangkaran. Lovebird klasifikasi lebih rendah adalah 9 jenis lovebird asli yang berasal dari dataran Afrika dan Madakasgar, sedangkan lovebird penangkaran adalah hasil penangkaran burung yang membuat burung tersebut dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya.Sumber: detik.com, tribunnews.com, solopos.com , satwapedia.com dan sumber lainnya