Harga Sapi Impor Asal Australia Saat Ini Murah? Siapa Bilang?
Meski Saat Kemarau Harga Sapi impor Jenis Brahman Cross di Australia Turun Ternyata Sampai Indonesia Harga Masih Mahal, Mengapa?
Bulan-bulan memasuki musim kemarau biasanya harga bakalan sapi impor asal Australia akan mengalami penurunan. Hal ini lazim terjadi karena saat kemarau mereka para peternak sapi di Australia biasanya mengalami kesulitan penyediaan hijauan pakan ternak. Lahan penggembalaan banyak yang mengering, belum lagi ternak sapi harus bersaing dengan hewan kanguru untuk memperebutkan pakan hijauan yang ada sekaligus ketersediaan air yang semakin sulit ditemukan.
Memang benar saat kemarau harga sapi Australia turun, jika sebelumnya harga berkisar sekitar 3$ US lebih, maka saat ini hanta berkisar 2.7 - 2.8 $ per kg. Tetapi ternyata penurunan harga di Australia ini tidak serta merta bisa dinikmati importir sapi yang memiliki usaha industri penggemukan sapi impor. Mengapa demikian?
Seharusnya harga yang turun cukup signifikan ini bisa menjadi oportunity bagi feedlotter untuk mendapatkan bakalan dengan harga lebih murah sehingga trading lost atau selisih harga jual yang saat ini lebih rendah daripada harga beli bakalan dari Australia bisa ditekan.
Oportunity harga murah tersebut saat ini tergerus oleh merosotnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS yang semakin terpuruk. Level terendah kurs rupiah terhadap dolar bahkan sudah mencapai Rp 14.700 per dolar. Akhirnya ketika harga tersebut dikurskan ke rupiah maka harga sapi bakalan plus biaya pengapalan dan lain-lain menjadi lebih mahal daripada bakalan sapi lokal.
Harga bakalan sapi lokal jenis limousin dan simental di pasar hewan saat tulisan ini dibuat berkisar antara 43.000 - 44.000 per kg dengan berat antara 350 - 400 kg. Sementara harga sapi bakalan dari Australia yang dulunya selalu lebih murah dibandingkan bakalan sapi lokal malah jatuhnya lebih mahal yaitu berkisar antara Rp 45.000 - Rp 46.000 per kg.
Harga bakalan diatas sebenarnya menyulitkan pengusaha penggemukan sapi import untuk mendapatkan margin yang mencukupi bahkan malah berpotensi mendapatkan kerugian jika harga jual sapi yang siap potongnya dibawah Rp 40.000 per kg.
Memang secara kenaikkan berat badan harian sapi impor jenis brahman cross ini bisa mencapai 1.3 kg per hari dengan pemeliharaan sekitar 3 - 4 bulan dan tentunya akan menguntungkan. Tetapi dengan selisih harga beli dan harga jual yang lebih dari 5.000 rupiah per kg maka akan sangat berat untuk bisa menutupi selisih tersebut. Angka selisih harga yang masih bisa ditolerir berdasarkan hitung-hitungan ini adalah pada kisaran Rp.2.000/kg atau maksimal diangka Rp 3.000 per kg.
Kesimpulannya adalah meski harga bakalan sapi brahman cross dari Australia turun ternyata karena nilai tukar rupiah jeblok menjadikan penurunan harga tersebut seperti tidak ada artinya dan pengusaha peternakan sapi impor masih harus berjibaku menutupi selisih harga beli dengan harga jual. Sementara itu disisi lain saat pengusaha ingin menaikkan harga agar bisa mendapatkan profit dan menutupi trading lost bisa dianggap tidak pro terhadap kebijakan pemerintah karena berbenturan dengan keinginan pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi. Bahkan bisa juga terkena sanksi melakukan kartel lagi jika kenaikkan harga ternyata bersamaan antara beberapa feedlotter yang sebenarnya dilakukan tanpa koordinasi dan hanya sebatas ingin menutup kerugian. Jadi siapa bilang sapi bakalan asal Australia murah jika 1 dolar US sama dengan Rp 14.700? Lain cerita jika dolar bisa ditekan pada kurs Rp 13.000 atau bahkan Rp 12.000 maka pengusaha penggemukan sapi impor mungkin bisa sedikit tersenyum. Wassalam....