Inilah Nilai dan Makna Sukses Suami Sebagai Imam Keluarga

Dijaman yang hampir semua diukur dengan uang, sangatlah sulit menemukan alternatif agar sudut pandang seseorang bisa bergeser sedikit dari sisi materi. Misal anda adalah orang desa yang saat ini tinggal dikota, jika saat pulang kampung ada membawa mobil pribadi tanggapan warga kampung akan sangat berbeda dengan jika anda datang naik bis. Orang akan memandang anda "sukses" ketika anda mudik membawa kendaraan pribadi dan akan dianggap lebih sukses lagi jika kendaraannya bernilai Milyar.


Inilah akhir jaman kata orang-orang berilmu, semua diukur dengan materi dan orang yang kaya raya dicap sebagai orang sukses meskipun asal usul harta kekayaannya tidak jelas alias samar-samar.

Tidak berbeda dengan ukuran seorang suami atau laki-laki yang sudah berkeluarga, berapa banyak mertua yang mengukur kesuksesan menantunya dari besarnya rumah dan banyak mobil yang dimiliki, berapa besar menantu memberi uang pada mertuanya setiap bulan dan lain-lain yang bersifat barang dan benda serta uang menjadi ukuran kesuksesan umum saat ini.

Tidaklah salah menjadi orang kaya yang banyak harta asal "kewajiban" sebagai orang kaya dijalankan. Kewajiban orang kaya antara lain: Zakat, Sedekah, Infaq, Membantu yang Kekurangan, Menolong yang Membutuhkan, Tidak boleh Kikir, Tidak boleh terlalu mencintai harta, dll.
    Jadi memang tidak ada yang salah menjadi orang kaya selama asal kekayaannya jelas dari usaha yang halal dan memanfaatkan kekayaannya pun jelas di jalan yang halal pula. Dengan menjadi kaya tentunya kita akan lebih banyak bisa membantu orang lain. Bukankah orang yang paling baik salah satunya adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya? Yang terpenting janganlah kekayaan dijadikan ukuran kesuksesan semata-mata tanpa melihat sisi lain yang kadang bahkan lebih penting daripada kekayaan.

    Sukses Suami/Pria Sebagai Imam Keluarga
    Berikut ini ada beberapa ilustrasi yang mudah-mudahan menggugah semangat kita para suami sebagai imam dan kepala keluarga untuk selalu berusaha menjadi imam keluarga yang "Sukses"

    • Saat anda baru bangun menjelang subuh, tiba-tiba anak anda yang masih sekolah SD sudah menampakkan wajahnya dihadapan anda dengan baju bersih siap berangkat ke Masjid dan sedang tidak sabar menunggu anda sambil berkata:" Ayo Ayah cepetan siap-siapnya, ntar keburu Iqomah dan ndak sempat sholat Qobliah Subuh". Subhanallah, inilah salah satu contoh sukses seorang pria sebagai ayah dalam mendidik anak. Jika anak anda seperti ini pasti ada yang ditiru dan insya Allah andalah yang dia tiru. Karena anak melihat ayahnya rajin ke Masjid untuk sholat jamaah maka hal inilah yang akan tertanam kuat dijiwa anak. Mendidik anak yang terbaik adalah melalui contoh dari kita sendiri. 
    • Ketika anda sedang bongkar-bongkar lemari tiba-tiba anak anda menghampiri dan berkata " Ayah, baju-bajuku yang masih bagus sebagian mau saya sumbangkan ke panti asuhan boleh tidak? Sayang yah, terlalu banyak baju dilemari yang masih bagus tetapi jarang dipakai." Tidakkah anda terharu dengan pertanyaan ini? Ketika anak lain merengek minta dibelikan baju baru karena baju-bajunya yang lama sudah ketinggalan jaman katanya. Inilah makna sukses yang lain seorang imam keluarga dalam mendidik anak untuk bersifat dermawan dan tidak mementingkan diri sendiri.
    • Saat anak anda ajak berbelanja baju dan dia tidak mau membeli baju-baju yang harganya mahal sekali dan malah berkata " Yah, beli baju yang biasa saja, jangan yang mahal-mahal, nanti sisa uangnya bisa ditabung". Inilah bibit sifat hemat dan tidak berperilaku boros hasil dari kesuksesan anda sebagai ayah dan imam keluarga.
    • Ketika anda baru pulang bekerja dan terlihat istri menyambut di pintu rumah sambil tersenyum, menjawab salam kita dan berkata." Alhamdulillah, diberi kemudahan oleh Allah sehingga selamat sampai dirumah ". Senyuman seorang istri saat kita pulang kerja serasa obat yang mampu meluruhkan capek dan penat dilingkungan kerja. Apakah begitu saja seorang istri akan tersenyum kepada suaminya jika tanpa pernah sang suami memberikan teladannya? Inilah salah satu wujud sukses seorang suami sebagai imam keluarga dalam mendidik istri dengan memberikan teladan yang baik.
    Inilah beberapa ilustrasi sederhana yang tentunya masih lebih banyak lagi contoh-contoh kesuksesan seorang suami atau ayah sebagai imam dan kepala keluarga yang tidak semata-mata hanya diukur dari kemampuan finansial dalam memenuhi kebutuhan materi keluarganya.

    Sumber Keteladanan Yang Bisa Didapatkan Seorang Imam Keluarga:
    • Al- Qur'an
    • Hadits Nabi
    • Majelis-majelis Ilmu
    • Sejarah para Sahabat dan Tokoh Islam
    Faktor Penting Dalam Ketauladanan yang Baik (al-qudwah al-hasanah) :
    Keikhlasan
    Keiklashan, yaitu seorang muslim meniatkan seluruh tutur kata dan tindakannya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan untuk mengantarkannya kepada surga-Nya. Dan ini merupakan faktor pendorong yang besar dari sekian aspek pendorong lahirnya ketauladanan yang baik. Setidaknya ia merupakan pondasi dan esensi keteladanan. Dengan demikian seluruh faktor pendorong lainnya dibangun di atasnya.

    Amal Shalih yang Sesuai Sunnah Rasulullah
    Amal shaleh yang selaras dengan prinsip al-ittiba'. Dan bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya bagi orang yang tindakannya menyelisihi Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya bagi orang yang berbuat bid'ah di dalam agama Allah yang sebenarnya bukanlah termasuk yang disyariatkan, dan bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya bagi orang yang terang-terangan berbuat kemaksiatan dan amalan buruk lainnya.

    Selaras antara Ucapan dan Perbuatan
    Keselarasan sikap atas ucapan. Bahwa keduanya selalu bergandengan. Dan selama-lamanya bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya, bagi orang yang sikapnya berlawanan dengan penuturannya, dan tindakannya dengan perkataannya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya :

    Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” (QS. Ash-Shaff (61) : 2)
    Niat dan Kemauan Yang Tinggi
    Tingginya kemauan, maka tingginya kemauan merupakan instrumen pendorong dalam menguatkan ketauladan yang baik, dan al-qudwah al-hasanah adalah satu bentuk keistimewaan seseorang. Karenanya bagi sang empunya, hendaknya ia memiliki kemauan yang tinggi dan tekad yang kuat.

    Hiasi diri dengan Ahlak Terpuji
    Menghiasi diri dengan akhlaq-akhlaq terpuji, dan khususnya untuk pokok-pokok akhlaq seperti kesantunan, kesabaran, kejujuran, keberanian, komitmen, kebijaksanaan, keadilan dan lain sebagainya.

    Jika seorang suami/ayah/imam keluarga sudah bisa memberikan keteladanan kepada anak istrinya maka insya Allah bentuk dan wujud keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah yang dicita-citakan setiap keluarga muslim sudah selangkah lagi untuk anda dapatkan. Semoga bermanfaat....

    Referensi:
    http://www.kajiansalaf.com/2011/11/menjadi-qudwah-hasanah-teladan-yang-baik.html
    Sumber-sumber lain

    Postingan populer dari blog ini

    Sapi Hasil Silangan PO - Limousin dan Simental - PO, Apa Bedanya?

    Segudang Manfaat Bunga Mawar Bagi Kesehatan Yang Jarang Diketahui

    Cara Membuat Silase Tebon Jagung dan Rumput Gajah Sebagai Metode Pengawetan Hijauan

    Mengenal Buah Kapulasan (Tenggaring) Yang Mirip Rambutan

    Macam-macam Jenis Burung Trucukan Yang Terkenal Lantang

    Apa Arti ADG (Average Daily Gain) Dalam Usaha Penggemukan Sapi

    Tutorial Menghapus Aplikasi Bawaan atau Bloatware (Debloat) Sony Xperia Global, Docomo, Au dan Softbank Tanpa Root

    Tutorial Backup TA, UBL, dan Root Sony Xperia X Compact Docomo (SO-02J)

    Cara Memperbaiki Kesalahan iTunes 3600

    Cara Membuat Pakan Puyuh Sendiri, Ini Macam-macam Contoh Formulanya