Saat Sapi Bakalan Mahal, Pedet Mahal, Mana Yang Dipilih?
Memelihara sapi lokal untuk penggemukan termasuk kegiatan yang "mengasyikkan". Bagaimana tidak, selama pemeliharaan kita dibayang-bayangi ketidakpastian. Baik ketidakpastian harga saat sapi siap jual maupun ketidakpastian pertumbuhan dan perkembangan sapinya. Dan yang tidak kalah penting adalah ketidakpastian musim.
Saat kemarau panjang, kesulitan pakan menghadang. Saat musim hujan panjang, banjir menerjang. Dua kondisi alam ini sangat berpengaruh terhadap usaha pemeliharaan sapi lokal. Jadi sedikit "gambling" adalah istilah yang tepat untuk mereka yang "berani" beternak sapi lokal ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini.
Beberapa minggu terakhir, trend harga sapi di pasaran terus menanjak naik, baik harga sapi bakalan maupun pedet dan terakhir harga sapi-sapi siap potong juga ikut merangkak naik.
Saat harga bakalan tinggi dan harga pedet juga tinggi biasanya peternak akan sangat merasakan kebimbangan mana yang sebaiknya dibeli untuk dipelihara. Membeli pedet, jika tidak mahir dalam memelihara juga banyak resiko yang dihadapi karena pedet masih sangat rawan penyakit, rentan terhadap perubahan iklim, perlu perhatian ekstra seperti ekstra menyusui jika umurnya masih belum lepas sapih. Membeli bakalan yang harganya sangat mahal? Resiko utamanya adalah jika saat panen harga sapi sedang anjlok maka dijamin kerugian besar yang didapat, kecuali jika kita memiliki dana lebih sehingga panen sapi bisa dimundurkan atau ditunda menunggu situasi harga naik atau normal kembali.
Menyikapi hal tersebut, berikut beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan masak-masak antara membeli pedet atau sapi bakalan saat harga keduanya di pasar sama-sama mahal.
Sebagai catatan untuk mempermudah perhitungan kita akan gunakan harga per kg karena jika menggunakan harga tafsiran atau jogrog akan sulit menentukan parameter bakunya.
Misal harga sapi dan pedet sebagai berikut:
Sapi Bakalan
Pedet
Hitungan diatas adalah hitungan kasar, hanya sebagai contoh karena angka-angka hanya perkiraan yang bisa berubah sesuai kondisi dimana anda tinggal. Kadang harga pedet per kg nya bisa lebih dari Rp 100.000 karena kualitasnya yang sangat bagus, kadang juga dibawah Rp 80.000. Jadi angka-angka ini bisa dijadikan pertimbangan agar usaha pemeliharaan sapinya secara ekonomis memang menguntungkan dan bukan hanya sekedar mendapatkan selisih harga jual dengan harga beli sementara biaya pakan tidak dihitung.
Dari perhitungan diatas yang ingin ditunjukkan adalah baik pedet maupun bakalan tidak akan menunjukkan perbedaan keuntungan yang signifikan jika dilihat dari penghasilan tiap bulannya. Tetapi jika peternak hanya menjadikan usahanya sebagai tabungan maka lebih dianjurkan untuk membeli pedet daripada sapi bakalan.
Silakan anda rubah-rubah sendiri angkanya sesuai kondisi di tempat anda sebagai pertimbangan apakah akan memelihara pedet atau sapi bakalan jika harganya sama-sama mahal. Kemungkinan besar hasilnya bisa berbeda, mungkin salah satu pilihan bisa sangat menguntungkan dan yang lain bahkan merugikan. Selamat berhitung, semoga bisa selalu sukses dalam beternak sapi.
Saat kemarau panjang, kesulitan pakan menghadang. Saat musim hujan panjang, banjir menerjang. Dua kondisi alam ini sangat berpengaruh terhadap usaha pemeliharaan sapi lokal. Jadi sedikit "gambling" adalah istilah yang tepat untuk mereka yang "berani" beternak sapi lokal ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini.
Beberapa minggu terakhir, trend harga sapi di pasaran terus menanjak naik, baik harga sapi bakalan maupun pedet dan terakhir harga sapi-sapi siap potong juga ikut merangkak naik.
Saat harga bakalan tinggi dan harga pedet juga tinggi biasanya peternak akan sangat merasakan kebimbangan mana yang sebaiknya dibeli untuk dipelihara. Membeli pedet, jika tidak mahir dalam memelihara juga banyak resiko yang dihadapi karena pedet masih sangat rawan penyakit, rentan terhadap perubahan iklim, perlu perhatian ekstra seperti ekstra menyusui jika umurnya masih belum lepas sapih. Membeli bakalan yang harganya sangat mahal? Resiko utamanya adalah jika saat panen harga sapi sedang anjlok maka dijamin kerugian besar yang didapat, kecuali jika kita memiliki dana lebih sehingga panen sapi bisa dimundurkan atau ditunda menunggu situasi harga naik atau normal kembali.
Menyikapi hal tersebut, berikut beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan masak-masak antara membeli pedet atau sapi bakalan saat harga keduanya di pasar sama-sama mahal.
Sebagai catatan untuk mempermudah perhitungan kita akan gunakan harga per kg karena jika menggunakan harga tafsiran atau jogrog akan sulit menentukan parameter bakunya.
Misal harga sapi dan pedet sebagai berikut:
Sapi Bakalan
- Berat 300 kg harga 48.000 rp/kg
- Harga sapi 300 kg x 48.000 = Rp 14.400.000
- Pemeliharaan 6 bulan dengan estimasi biaya pakan Rp 20.000/hari
- Total Biaya Pakan sampai panen Rp 3.600.000,-
- Jika estimasi kenaikan berat badan 0,8 kg perhari maka selama 6 bulan berat badan bertambah 144 kg sehingga berat sapi saat jual menjadi 300 kg + 144 kg = 444 Kg
- Jika saat jual/panen harga sapi maksimal hanya Rp 45.000/kg maka kita dapatkan total nilai jual sapinya adalah 444 kg x Rp 45.000 = Rp 19.980.000,-
- Jika dikurangi modal pembelian sapi dan modal pakan maka diperoleh:
- Rp 19.980.000 - Rp 14.400.000 - Rp 3.600.000 = Rp 1.980.000 selama 6 bulan pemeliharaan.
Pedet
- Berat 100 kg harga 80.000 rp/kg
- Harga pedet 100 kg x 80.000 = Rp 8.000.000
- Estimasi biaya pakan pedet sampai 6 bulan pertama Rp 10.000/hari
- Pemeliharaan 6 bulan berikutnya dengan estimasi biaya pakan Rp 20.000/hari
- Sehingga lama pemeliharaan pedet total 1 tahun atau 12 bulan
- Total Biaya Pakan sampai panen (6 bulan pertama Rp 1.800.000 dan 6 bulan berikutnya Rp 3.600.000,-) Rp 1.800.000 + Rp 3.600.000 = Rp 5.400.000,-
- Jika estimasi kenaikan berat badan 0,8 kg perhari maka selama 12 bulan berat badan bertambah 288 kg sehingga berat sapi saat jual menjadi 100 kg + 288 kg = 388 Kg
- Jika saat jual/panen harga sapi maksimal hanya Rp 45.000/kg maka kita dapatkan total nilai jual sapinya adalah 388 kg x Rp 45.000 = Rp 17.460.000,-
- Jika dikurangi modal pembelian sapi dan modal pakan maka diperoleh:
- Rp 17.460.000 - Rp 8.000.000 - Rp 5.400.000 = Rp 4.060.000 selama 12 bulan pemeliharaan.
Hitungan diatas adalah hitungan kasar, hanya sebagai contoh karena angka-angka hanya perkiraan yang bisa berubah sesuai kondisi dimana anda tinggal. Kadang harga pedet per kg nya bisa lebih dari Rp 100.000 karena kualitasnya yang sangat bagus, kadang juga dibawah Rp 80.000. Jadi angka-angka ini bisa dijadikan pertimbangan agar usaha pemeliharaan sapinya secara ekonomis memang menguntungkan dan bukan hanya sekedar mendapatkan selisih harga jual dengan harga beli sementara biaya pakan tidak dihitung.
Dari perhitungan diatas yang ingin ditunjukkan adalah baik pedet maupun bakalan tidak akan menunjukkan perbedaan keuntungan yang signifikan jika dilihat dari penghasilan tiap bulannya. Tetapi jika peternak hanya menjadikan usahanya sebagai tabungan maka lebih dianjurkan untuk membeli pedet daripada sapi bakalan.
Silakan anda rubah-rubah sendiri angkanya sesuai kondisi di tempat anda sebagai pertimbangan apakah akan memelihara pedet atau sapi bakalan jika harganya sama-sama mahal. Kemungkinan besar hasilnya bisa berbeda, mungkin salah satu pilihan bisa sangat menguntungkan dan yang lain bahkan merugikan. Selamat berhitung, semoga bisa selalu sukses dalam beternak sapi.