Waspadai Bahaya Penyakit Gudik (Scabies) Pada Kambing dan Domba

Penyakit Scabies (Gudik) Tidak Mematikan Tetapi Bisa Menghancurkan

Gudik (Scabies). Permasalahan penyakit hewan dalam sektor peternakan terutama dalam usaha atau industri peternakan kambing dan domba masih menjadi momok yang bisa "bikin bangkrut" peternak kambing dan domba. Kesehatan ternak kambing dan domba sangat tergantung dari manajemen kandang, pemilihan bibit/bakalan kambing, pakan dan manajemen pengobatan.


Ternak yang sakit akan mengalami masa kemunduran dalam pertumbuhan dan perkembangan sehingga akan sangat merugikan dalam hal waktu dan biaya pemeliharaan. Kambing atau domba yang sakit masih membutuhkan pakan, minum, bahkan perhatian yang lebih banyak daripada kambing yang sehat. Meskipun demikian ketika bisa sembuh, bisa dipastikan rata-rata pertumbuhan berat badannya akan kalah dengan kambing atau domba yang tidak pernah sakit. Jadi kuncinya adalah jika penyakit bisa dicegah maka lebih baik melakukan pencegahan daripada pengobatan.

Salah satu contoh kasus serangan gudik yang parah pernah terjadi disebuah peternakan di daerah Lampung yang memiliki populasi kambing sekitar 800 an ekor. Awalnya hanya sedikit sekali kambing yang terkena scabies ini tetapi karena penanganannya tidak tepat akhirnya dalam waktu singkat hampir setengah populasi kandang sekitar 400 ekor kambing terserang scabies dengan kondisi parah, bulu dan kulit rusak sementara kambingnya skinny alias kurus sekali. Akhir dari kasus ini adalah semua kambing baik yang sakit maupun yang sehat dijual semua karena nilai kerugiannya sudah demikian parah. Inilah salah satu kasus dimana penyakit scabies yang jika tepat penanganannya sebenarnya adalah penyakit yang tidak mematikan tetapi jika salah dan kurang cepat antisipasinya bisa sangat menghancurkan hingga perusahaan peternakan kambing bisa ditutup karena penyakit kudis ini.

Gudik atau Scabies adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah serius bagi peternak kambing. Memang penyakit gudik bukanlah penyakit mematikan yang ketika kambing terjangkit penyakit ini bisa langsung mati. Tetapi faktor kerugian yang ditimbulkan penyakit gudik ini bisa sangat besar terutama karena disebabkan kemampuan penyakit ini untuk menulari ternak kambing yang sehat dengan cepat dan masif sehingga dalam tempo singkat jika tidak ditangani dengan benar semua kambing yang sehat bisa tertular penyakit ini.

Beberapa kerugian yang disebabkan penyakit Scabies antara lain:
  • Nafsu makan berkurang
  • Kambing/domba menjadi kurus
  • Pertumbuhan lambat/terganggu
  • Kulit tubuh rusak
  • Cepat menulari kambing yang sehat
  • Waktu pemeliharaan kacau
  • Biaya pakan naik
  • Biaya pengobatan naik
  • Harga jual anjlok jika kambing tidak sembuh dan dijual
  • dll
Tanda-tanda Kambing Terserang Scabies/Kudis/Gudik:
  • Kambing/Domba jadi Sering Menggosok-gosokkan badan pada apa saja karena rasa gatal yang mulai menyerang kulit
  • Biasanya gejala awal muncul pada muka dan telinga kambing yang timbul kudis
  • Jika diamati bagian liang telinga akan terlihat luka yang melepuh
  • Kambing yang terinfeksi menjadi tidak nafsu makan
  • Kelenjar mukosa pada mulut melepuh
  • Bulu-bulu mulai rontok dan kulit nampak menebal
  • Tahap berikutnya timbul keropeng pada kulit
  • Kambing menjadi tidak nyaman, gelisah dan stress
  • Jika sudah parah makan sekujur badan kambing akan timbul keropeng dan semacam luka. 
Silahkan Baca Juga:
    Penyebab Penyakii Gudik (Scabies):
    Scabies atau Gudik/kudis adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis yang menyebabkan dermatitis gatal yang parah.

    Siklus hidup tungau berlangsung pada tubuh inang, terdiri atas beberapa tahapan yaitu telur, larva, deutonimfa dan bentuk dewasa jantan atau betina. Tungau jantan bertemu dengan tungau betina pada permukaan yang normal dari epidermis kulit (Williams et al., 1985). Siklus hidup Sarcoptes dimulai dari tungau betina dewasa, setelah dibuahi maka sarcoptes akan mulai membuat lubang atau terowongan di bawah permukaan kulit untuk meletakkan telurnya, sekaligus juga membuang kotorannya di terowongan tersebut. 

    Panjang terowongan bisa mencapai 3 cm dan terbatas dalam lapisan epidermis kulit. 4 - 5 hari kemudian mulai bertelur dan meletakkan 3 - 5 butir telur per hari dalam terowongan tersebut sampai jumlahnya mencapai 40 - 50 telur. Tungau betina ini dapat mengeluarkan telur sebanyak 90 butir sepanjang siklus hidupnya. Setelah meletakkan telur-telurnya, tungau betina akan mati. Umur tungau betina hanya mencapai tidak lebih dari 3 - 4 minggu. Sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi (Oktora, 2009)

    Penyakit scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih terdapat kutu Sarcoptesnya. Penyakit ini adalah salah satu penyakit menular yang sering ditemukan. 

    Ditandai adanya radang pada kulit dengan disertai keropeng dan juga rontoknya bulu pada daerah yang terserang penyakit. Scabies menyebar dengan mudah melalui kontak langsung, dan berbagai media penularan yang ada di kandang. Penyakit scabies dapat menimbulkan kerugian yang besar akibat penurunan berat badan, penurunan produksi daging, kualitas kulit dan gangguan kesehatan masyarakat dan penurunan harga jual kambing sampai 1/3 harga normal. Kambing scabies yang tidak diobati bisa mengalami kematian dalam tiga bulan. Selain kerugian ekonomis tersebut, penyakit ini juga sangat merugikan karena bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak yang mampu menyerang manusia.

    Parasit Tungau penyebab scabies setelah menginfeksi ternak kemudian akan menembus kulit, menghisap cairan limfe dan juga memakan sel se epidermis pada hewan. Penyakit scabies ini akan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga kambing atau ternak yang terserang akan menggosokkan badannya ke kandang. Jenis penyakit ini semakin digosok ataupun digaruk maka akan menjadi semakin gatal. Eksudat yang dihasilkan oleh penyakit gudik akan merembes keluar kulit kemudian mengering membentuk sisik di permukaan kulit. Sisik ini akan menebal dan selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat.

    Cara Mencegah dan Mengobati Penyakit Scabies

    Langkah Pencegahan Scabies

    Sanitasi Kandang
    Memelihara sanitasi kandang dan lingkungan hewan. Hewan harus ditempatkan di kandang yang bersih dan cukup dengan cahaya matahari sehingga tidak lembab, karena keadaan yang kotor dan lembab akan memudahkan penyebaran penyakit dan menyebabkan jumlah populasi tungau meningkat.

    Kualitas Pakan Kambing dan Kualitas Air Minum
    Pemberian pakan dan minum yang cukup serta perawatan kesehatan dengan tujuan agar ternak memiliki daya tahan tubuh yang baik. Salah satu faktor predisposisi penyakit scabies adalah kondisi hewan yang jelek (Kettle, 1984). Untuk mencegah timbulnya dan menyebarnya penyakit ini, harus diusahakan agar kondisi hewan selalu dalam keadaan baik. 

    Lakukan Tahapan Karantina untuk kambing baru
    Langkah melakukan karantina kambing yang baru dibeli sangat penting, karantina kambing baru bisa dilakukan dikandang khusus yang terpisah dengan kambing-kambing lama selama kurang lebih 2 minggu atau sampai diketahui bebas atau tidaknya kambing dari penyakit scabies. Ini adalah langkah pencegahan yang paling efektif agar kambing lama yang sehat tidak terkena resiko tertular scabies. 

    Lakukan Tahapan Karantina untuk kambing yang terserang Scabies
    Karantina juga harus dilakukan pada kambing yang terserang scabies. Sebenarnya langkah karantina kambing yang sudah terkena scabies masuk satu paket dalam pengobatan penyakit Kudis ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah penularan/penjalaran penyakit. Semua alat-alat yang berhubungan dengan hewan sakit dimusnahkan terutan untuk alat-alat yang dapat dibakar (Soulsby, 1982). Kemudian hewan tersebut harus diobati sampai sembuh. Sebaiknya hewan-hewan atau kambing dan domba yang telah sembuh tetap dikumpulkan dengan kambing/domba lain yang eks sakit juga dan jangan dicampur dengan yang benar-benar sehat hal ini untuk memudahkan dalam memonitor perkembangan dan pertumbuhan kambing bekas sakit scabies dan lebih mudah ditangani saat harus melakukan treatmen khusus karena kambing eks scabies tentunya pertumbuhan badannya sangat tertinggal dengan kambing-kambing yang sehat.

    Pengawasan saat di padang penggembalaan
    Dalam padang penggembalaan atau kalau di desa-desa disebut tempat angon, akan bercampur baur antara kambing dari banyak peternak, baik dari para peternak yang sangat menjaga kebersihan maupun dari peternak yang jorok dan memiliki kambing yang terserang scabies. Kontak fisik antara kambing sehat dengan kambing yang terkena scabies dan kontak dengan berbagai objek seperti peralatan dan kandang yang tercemar oleh tungau dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit dari hewan yang terkena scabies kepada hewan yang sehat. Untuk mencegah hal tersebut, harus dihindarkan penggembalaan hewan bersama-sama dengan hewan yang menderita kudis atau penggembalaan pada bekas tempat penggembalaan hewan penderita. 

    (Sumber Direktorat Kesehatan Hewan)

    Pengobatan Penyakit Scabies (Secara Medis dan Tradisional)

    Dengan menggunakan obat khsusus scabies yang banyak dijual di toko-toko pertanian dan peternakan contoh pengobatan scabies misalnya kambing disuntik dengan  Ivermectin (Ivomec: merk dagang). Dosis yang diberikan umunya 1 ml untuk 20 kg bobot kambing. 

    Pemberian dosis injeksi harus dikonsultasikan dengan dokter hewan. Injeksi diulang 10-14 hari kemudian dari injeksi yang pertama. Masa 10-14 hari adalah waktu yang diperlukan untuk sebuah telur tungau Sarcoptes scabies yang mungkin masih tersisa untuk menetas. Ivomec umumnya dijual dalam kemasan 50 ml/botol. 

    Perlu dan penting untuk diperhatikan yaitu obat Ivomec tidak boleh diberikan kambing yang bunting karena dapat menyebabkan keguguran. Selain itu Ivomec baru bisa diberikan pada kambing diatas umur 2 bulan.

    Selain pengobatan medis komersial, pengobatan tradisional juga dapat dilakukan. Beberapa pengobatan tradisional dapat dilakukan pada kasus ternak yang terserang penyakit scabies ringan maupun parah. 
    • Pengobatan Kudis secara tradisional dengan menggunakan Belerang dan Kapur Barus. Belerang secukupnya dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit; atau bisa juga dengan jalan siapkan belerang secukupnya dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit. Pengobatan scabies secara tradisional lainnya adalah dengan memanfaatkan kamper atau kapur barus. Caranya adalah Sediakan Kamper dan Minyak kelapa secukupnya, kemudian kamper/ kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit. Sebelum melakukan pengobatan sebaiknya kambing yang terserang scabies bulunya dicukur terlebih dahulu agar pengobatan bisa lebih efektif.
    • Contoh pengobatan penyakit gudik dengan cara tradisional untuk mengobati gudik yang masih ringan dapat menggunakan oli bekas, belerang dan minyak kelapa (minyak goreng), dimasak lalu didinginkan.
    • Cara lainnya untuk pengobatan tradisional adalah dengan 100 ml oli bekas, 5 ml cuka 3% dan 10 siung bawang merah.
    • Untuk kasus yang parah dapat menggunakan 2 liter minyak goreng, Decis (obat serangga untuk tanaman / insektisida) 50 ml, oli bekas 50 ml. Pada kasus yang parah dimana kudis sudah menyerang seluruh tubuh kambing, ramuan ini diberikan tiap 2 minggu sekali. Lakukan cara ini sekitar 1 bulan/sampai sembuh.
    • Kambing sebaiknya dimandikan dengan sabun sampai bersih sebelum dilakukan pengobatan. Setelah dimandikan kambing dijemur sampai kering. Ramuan diatas dioleskan atau diaplikasikan pada bagian yang terinfeksi. 
    Silahkan Baca Juga :
    Obat-Obat Lain Untuk Pengobatan Scabies
    Obat sejenis yang dapat digunakan unutk pengobatan penyakit scabies yakni selamectin dan amitraz. Selamectin dapat diaplikasikan dalam bentuk obat tetes sebulan sekali. Sedangkan Amitraz diaplikasikan langsung di kulit setiap minggu dengan cara dimandikan atau disikat. Pengobatan oral atau topikal seperti yang disebut diatas belum cukup. 

    Pengobatan lain untuk mendukung efektifitas penanganan penyakit Scabies pada kambing dengan:
    • Antibiotik : untuk mencegah infeksi pada luka akibat garukan
    • Kortikosteroid jangka pendek : untuk mengurangi rasa gatal
    • Vitamin untuk meningkatkan kondisi secara umum dan daya tahan
    Pada prinsipnya, pengobatan secara menyeluruh baik terhadap individu ternak yang sakit maupun terhadap sumber penyebabnya, yakni tungau, harus dilakukan secara simultan sehingga pengobatan bisa benar-benar tuntas. 

    Point-point Penting Dalam Penanganan/Mengarasi Penyakit  Scabies:
    • Pemilihan bibit/bakalan Kambing
    • Manajemen Kebersihan Kandang
    • Pemilihan Tempat Penggembalaan yang aman
    • Karantina Kambing Baru
    Jika anda memberikan pakan hijauan pada kambing dengan menyabit rumput lapangan atau tegalan atau dengan daun-daunan yang berupa ramban harap diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman atau hijauan yang akan digunakan untuk ramban. Yang perlu diperhatikan adalah jenis hijauan yang bisa "berbahaya" bagi kambing. Contoh hijauan yang berbahaya bagi kambing adalah tanaman semak-semak yang memiliki duri-duri pada batang maupun tangkai daunnya baik duri kasar maupun duri halus. Duri kasar sangat berpotensi melukai mulut kambing dan juga muka kambing saat mereka berebut makanan. Luka dan keropeng pada muka dan mulut bisa menjadi pemicu kasus scabies atau kudis/gudik dengan perantaan tungau sebagai penyebab utama scabies.

    Jika kasus scabies banyak menyerang kambing dalam jumlah besar sebaiknya dibuatkan kolam khusus untuk "dipping" atau berendam kambing yang sakit tentunya setelah air kolam dicampurkan dengan obat-obatan jenis desinfektan. Kolam "dipping" atau perendam kambing dan domba ini sangat efektif untuk scabies karena akan mempercepat matinya tungau dan pengobatan bisa lebih merata keseluruh bagian tubuh kambing atau domba yang terkena Scabies/Gudik/Kudis.

    Silahkan sebarkan dan bagikan artikel ini Jika Bermanfaat. Terima kasih

    Postingan populer dari blog ini

    Sapi Hasil Silangan PO - Limousin dan Simental - PO, Apa Bedanya?

    Segudang Manfaat Bunga Mawar Bagi Kesehatan Yang Jarang Diketahui

    Cara Membuat Silase Tebon Jagung dan Rumput Gajah Sebagai Metode Pengawetan Hijauan

    Mengenal Buah Kapulasan (Tenggaring) Yang Mirip Rambutan

    Macam-macam Jenis Burung Trucukan Yang Terkenal Lantang

    Apa Arti ADG (Average Daily Gain) Dalam Usaha Penggemukan Sapi

    Tutorial Menghapus Aplikasi Bawaan atau Bloatware (Debloat) Sony Xperia Global, Docomo, Au dan Softbank Tanpa Root

    Tutorial Backup TA, UBL, dan Root Sony Xperia X Compact Docomo (SO-02J)

    Cara Memperbaiki Kesalahan iTunes 3600

    Cara Membuat Pakan Puyuh Sendiri, Ini Macam-macam Contoh Formulanya